Nikmatilah tubuhku karena kau sudah membayarnya

Mentari sudah tepat berada diatas kepala, Reina mengusap air yang menetes dari atas keningnya, memasuki rumah yang menjadi saksi perjalanan hidupnya. Ibunya melangkah menghampirinya, “nak..jam segini baru pulang? Memang restorannya ramai ya? “ suara wanita paruh baya itu terlihat cemas.

“Iya bu..lembur, tapi ini bu, uang pendapatan Reina hari ini” tangannya menyerahkan puluhan uang ratusan kepada wanita dihadapannya.

“Banyak sekali nak…alhamdullilah, bapakmu hari ini bisa cuci darah lagi, terima kasih nak..” seru wanita itu bahagia.

“Kak Reina pulang…kakak..aku besok ujian semesteran kak, katanya hari ini aku paling lambat bayar uang kuliah” Sintya adik perempuan semata wayangnya menghampirinya.

“Jangan khawatir, minta uang sama ibu ya dik..kakak sudah memberikan uang pada ibu” sahut Reina.

“Terima kasih kak…” Sintya mencium pipi kanan kakak tercintanya.

Reina berjalan melangkah menuju kamar tidurnya, dibukanya pintunya perlahan, di rumah sederhana itu nampak ayahnya terkulai lemas terbaring dikursi ruang tamu yang sudah tua, Reina bercermin, berkata pada cermin “Kau tau..aku membenci dirimu..aku tak pernah tau siapa kau..dan mengapa kau bisa melakukannya.

Air matanya mengalir deras membasahi wajahnya yang masih terpoles make up tebal.

Dibukanya pakaiannya satu persatu, dilihatnya tubuhnya didepan cermin, tubuh yang tak lagi bisa dimilikinya sendiri.

***

Pelangi kembali menutup mentari sore ini, Reina kembali bersiap melakukan aktivitasnya, air membasuh tubuhnya, rambut panjang hitamnnya dibiarkan menari mengikuti gerak air yang mengalir. Reina membuka lemari pakaiannya, di cobanya satu persatu baju yang membuat tubuhnya sesak, “Jangan Reina, jangan kau lanjutkan” Bisik Hati kecilnya. “Reina…kau harus terus melakukannya, atau kau ingin ayahmu pergi meninggalkanmu karena penyakit ginjalnya dan adik kesayanganmu berhenti kuliahnya ditengah jalan, lalu menjadi wanita penghibur sepertimu, kemudian ibumu duduk terdiam diteras depan rumah karena tak ada lagi uang untuk membeli sekantong beras” logikanya berteriak nyaring dikepalanya.

“Kamu melamun nak?“ wanita paruh baya itu masuk ke kamarnya, membelai rambut indah anak sulungnya. “Maafkan ibu dan ayah ya nak, karena kami tak mampu membahagiakanmu, kami merepotkanmu” suara ibu itu tampak terdengar tercekat. “Tak apa bu, aku akan melakukan apapun agar ayah bisa sembuh, bagaimana pemeriksaan dokter hari ini bu? Ayah sudah cuci darah tadi bu?” lanjut Reina.

“Sudah nak..namun, mulai minggu ini, ayah harus cuci darah seminggu dua kali nak, karena ginjal ayah sudah tak dapat lagi berfungsi” suara tenang itu bagai halilintar ditelinga Reina.

***

Suara musik menderu-deru, lampu disko berpendar-pendar, ratusan orang bergoyang menikmati suara musik, ada yang menari, tertawa, atau hanya sekedar menikmati pemandangan dari para pramusaji yang bertubuh molek.

Reina menuangkan segelas Vodka ke cangkir pelanggan yang ada dihadapannya, tangannya meraih tubuh Reina, lalu mencium lehernya yang jenjang, Reina menjauh lalu berkata “Maaf, disini saya hanya menuangkan minuman untuk anda tuan”. “Wanita munafik…sini kamu, saya mau melanjutkan permainan saya!” tangannya mencengkram tubuh Reina dengan kuat. Reina pucat, bibirnya tak dapat berkata, ditempat seperti ini, tak akan ada satupun orang yang dapat menolongnya.

Dari kejauhan, nampak seorang lelaki muda mengamatinya, matanya terus mengamati Reina, “ Cantiknya wanita itu” gumamnya dalam hati.

“Kamu harus membayarku, kita jangan melakukannya disini?” ujar Reina sambil merayu lelaki yang terus menyentuh tubuhnya.

“Tidak! Aku mau melakukannya dihadapan banyak orang kau tau, hahahahaha..aku tidak bodoh sayang, apa kau kira aku akan membayarmu? Aku sudah membayarnya pada bosmu!” Ucapnya tegas ditelinga Reina.

Sementara Reina memandang wajah bos yang berada tak jauh dari hadapannya, lalu menghampirinya “Kau lakukan apa yang membuatnya senang malam ini, uangmu kau dapatkan besok” mata pemilik klub tempat Reina bekerja itu bersinar penuh kemenangan.

“Aku hanya akan mendapatkan seperempat dari uang jerih payahku malam ini, sementara esok ayah harus kembali cuci darah” pikiran Reina menari-nari dengan hatinya.

***

“Kau dibayar berapa oleh lelaki itu?” tanya lelaki muda itu kepada pemilik klub.

“Maksudmu? Untuk mendapatkan wanita itu” kata sipemilik klub sambil mengamati lelaki muda yang tak dikenalnya itu.

“Betul sekali..”jawab lelaki muda itu datar.

“Seleramu bagus, aku tau kau orang baru di klub ini..Welcome To The Club Bung! Tapi aku akan memberimu 2x lipat lebih baik dari wanita itu..mau yang mana? keturunan inggris..italia..arab atau orang asli Indonesia” lanjut sipemilik klub itu senang.

“Aku mau dia..bukan yang lainnya! Aku akan membayarmu 3x lipat untuk bisa mendapatkan wanita itu malam ini”Lelaki muda itu terus menatap Reina.

“Oke..berikan kepadaku 15 juta, maka aku akan memberikanmu malam ini” kata sipemilik klub.

Lelaki muda itu mengeluarkan cek nya, menulis angka 20 juta rupiah.

“Kau yakin angka ini bung?” ujar sipemilik Klub dengan nada heran.

“Itu bonus untukmu, jika kau tak menyakitinya dan membawanya kepadaku malam ini” ungkap lelaki muda itu serius.

Si pemilik Klub terlihat berbisik dengan lelaki yang bersama Reina malam ini, mulutnya komat kamit, namun lelaki itu mengangguk tanda setuju, Reina berjalan sambil diliputi rasa heran.

“Kau layani saja lelaki muda ini sayang” ungkap si pemilik klub kepada Reina.

Sementara Reina tersenyum kepada lelaki yang berada tepat dihadapannya itu.

“Sempurna” Lelaki muda itu berkata dengan hati kecilnya.

“Kau mau minum apa? Vodka, Whisky, Caipirinha, Prosecco, pilih yang kau suka” Reina berkata sambil mengamati lelaki muda itu.

Lelaki muda itu terdiam, mengulurkan tangannya kepada Reina “Aku Dewa”, sementara Reina tampak canggung, matanya indahnya menunduk, baru kali ini ada seseorang laki-laki yang menjulurkan tangan kepada wanita penghibur sepertinya “Reina” katanya kemudian datar.

“Reina, baiklah..singkirkan daftar minuman itu padaku, dan aku ingin kau menutup tubuhmu” ungkap Dewa sambil memberikan jaket yang dikenakannya.

“ Maksudmu?” ungkap Reina heran.

“Aku membayarmu, lakukan apa kuperintahkan!” tegas dewa sambil menatap tajam ke arah Reina.

Reina memakai jaket itu, tubuhnya hangat, lelaki itu menarik tubuhnya keluar dari kerumunan klub, menyalakan mobilnya, lalu menginjak pedal gas hingga klub itu terlihat jauh dari pandangan.

Lelaki itu mengajak Reina memasuki apartemen mewahnya ditengah kota,Reina memasukinya canggung, deretan foto terpampang di sepanjang dinding.

“Sekarang lakukan apa yang biasa kau lakukan pada laki-lakimu sebelumnya! “ ucap Dewa hingga Reina tersentak dari lamunannya.

Sementara Reina menatapnya, tubuhnya maju perlahan demi perlahan, dan kini hidungnya dapat mengendus aroma tubuh lelaki itu, tangan Reina mulai melepas satu persatu kancing bajunya, nafas lelaki itu mulai tak beraturan, menahan gejolak dari wanita cantik yang ada dihadapannya, “Beri aku uang yang cukup besok setelah aku melayanimu ?” ungkap Reina manja.

“Aku akan memberi semua apa yang kau inginkan” lanjut lelaki itu sambil mengamati sebagian baju Reina yang sudah terlepas. Denyut nadinya berbunyi cepat,Reina dapat merasakannya hingga kemudian “Plak!!!…Hentikan..kau ingin mengajakku ke neraka!!! “ tangan lelaki itu menampar pipi kanan Reina hingga lebam, tubuhnya terjatuh ke ranjang yang tepat berada di belakangnya.

Reina memegang pipi kanannya, tubuhnya gemetar, baju yang sudah dibukanya dirapikannya kembali, “mengapa kau melakukannya? Bukankah kau menginginkannya? Kau yang munafik!!!” Reina berteriak, airmatanya membasahi wajahnya, dewa menghampirinya lalu menunduk dan menyembahnya “maafkan aku..aku menyakitimu” ungkapnya menahan sesak.

Tangannya meraih tubuh Reina lalu menggendong tubuh mungil itu ke hadapan cermin, membetulkan kancing baju yang tidak berada pada tempatnya, “Lihatlah tubuhmu…tubuh yang diciptakan Tuhan untuk kau jaga, dan bukan kau serahkan pada siapapun”ujar Dewa mengamati wanita yang masih menangis karena perlakuannya.

“Munafik!!! Kau lelaki munafik yang pernah ku temui, nikmatilah tubuhku karena kau sudah membayarnya kan?” ungkap Reina dengan suara terisak.

“Tidak! kau tau..kau wanita terburuk yang pernah kutemui…kau kira kau cantik? Heh..wanita cantik adalah wanita yang bisa menjaga kehormatannya dalam situasi apapun!!..dan kau…tak lebih dari sekedar kertas tissue..selembar kertas tissue yang putih dan lembut..namun hanya digunakan untuk kotoran, lalu dibuang seketika tak kala warnanya sudah tak lagi putih dan tak dapat digunakan…tissue sekali pakai,itulah kau! ” Dewa melihat ke arah wanita yang berdiri dihapannya itu, sementara Reina tertunduk dan mendekap kedua tangan ke wajahnya, lalu kembali air mata menggenangi wajahnya yang masih lebam terkena tamparan.

***

“Siapa yang menamparmu nak? “ ungkap wanita paruh baya itu pada anak sulungnya.

“Saya bu…saya yang melakukannya” Dewa berkata sambil berdiri didepan wanita paruh baya itu.

“Kau apakan anakku? Kurang ajar kau!!!…wanita itu memukul Dewa dengan gagang sapu…

“Hentikan Bu!..Cukup..” suara Reina membuat wanita paruh baya itu menghentikan tindakannya.

Sementara Dewa melihat sekelilingnya, rumah sederhana dengan satu kamar tidur, dan celananya yang kotor karena terkena kubangan air yang tergenang, mobilnya tak dapat terparkir didepan rumah itu, karena jalan yang hanya cukup untuk satu orang.

Reina melangkah mendekati ayahnya yang terkulai lemas…tangannya meraih tangan ayahnya…” Kau tau ayah..aku mencintaimu, apapun akan ku lakukan untukmu..maafkan aku yang tak bisa membawamu kerumah sakit hari ini ayah, aku tak mendapatkan uang tadi malam.”

“Mata ayahnya perlahan terbuka, tangannya memegang perutnya menahan sakit, kemarilah nak..terima kasih” ungkap ayah itu sambil meraih tangan anak sulung yang berada di hadapannya.

Dewa terdiam, tubuhnya terpaku melihat pemandangan dihadapannya, “Saya yang akan membawa bapak ke rumah sakit untuk berobat pak,” lanjutnya perlahan.

“Kami tak ingin merepotkanmu anak muda,kami belum mengenalmu” suara lelaki tua itu terdengar parau.

“Tak ada yang merasa direpotkan pak, karena sebentar lagi, saya akan menjadi bagian dari keluarga ini,” ungkap Dewa mantap.

“Apa maksudmu nak? “ Lelaki tua itu mengamati sosok lelaki muda yang berdiri tegak.

“Saya akan menikahi anak bapak, jika diizinkan” Reina memandang lelaki itu lalu menghampirinya “ Kau gila, aku wanita penghibur, dan kau lelaki baik-baik,” bisik nya.

“Tuhan tidak membedakan mana wanita penghibur atau wanita baik-baik, asalkan kau bertobat dan memohon ampunannya,” balas Dewa.

Reina menatap lelaki itu lalu menarik lengannya,”Apa alasannya kau ingin menikahiku, tubuhku sudah milik banyak orang!” serunya.

“Aku mencintaimu sejak pertama melihatmu, aku tak pernah peduli masa lalumu, karena dihadapanku kau adalah sebuah senyuman untuk hari depanku,” ungkap Dewa sambil memegang pipi wanita dihadapannya yang lebam karena ditamparnya tadi malam.

Reina menatap lelaki itu, memeluk dan bersandar dibahunya tanpa berkata apapun, sementara alam pikirnya menari-nari dan berucap “Jika saja kau tau lelakiku…aku mencintaimu sebelum kau mengucapkan cinta itu padaku.”

“Ayah bangun Ayah..Reina..Ayah.. “ Jerit wanita tua itu dari dalam rumahnya.

Wanita tua itu memeluk tubuh suaminya, Reina berlari masuk, ayahnya tak lagi bernafas, lelaki tua itu telah pergi untuk selamanya, Reina menggapai tubuh yang kaku tak lagi bernyawa dengan erat…”Maafkan aku ayah..maafkan….”

Sementara Langit biru diluar sana bersinar terik…Burung-burung berkicau menyambut hari lain yang indah…Selamanya….

1 Response to "Nikmatilah tubuhku karena kau sudah membayarnya"

  1. Unknown says:

    Cerita yang bagus.. teruskan..
    Tumpang Iklan
    Pejam Mata sayang..
    Sakit sikit ni..tahan ya..
    >>>Baca Sini Kalau Berani!<<<

Powered by Blogger